Minggu, 19 Januari 2014

“Perbandingan Novel Ronggeng Dukuh Paruk dan Tarian Bumi”

PEREMPUANLAH YANG MENDERITA PADA AKHIRNYA


 Budaya ternyata masih sangat melekat dijiwa masyarakat, seperti halnya dalam novel Ahmad Tohari yang berjudul Ronggeng Dukuh Paruk dan novel Oka Rusmini yang berjudul Tarian Bumi. Dalam kedua novel ini , budaya dan tradisi masih sangat dipatuhi bahkan dilestarikan oleh masyarakat karena mereka mempercayai bahwa petaka akan menimpa jika tidak mematuhi tradisi-tradisi tersebut. Novel Ronggeng Dukuh Paruk menceritakan seorang gadis cilik yang sangat kenes dalam menari layaknya seorang ronggeng, yang hidup di Dukuh Paruk. Dukuh yang terkenal miskin. Gadis itu bernama Srintil. Sarkaya, kakek Srintil sendiri heran mengapa Srintil bisa menari dan melantunkan lagu layaknya seorang ronggeng, padahal ronggeng di Dukuh Paruk telah punah saat Srintil masih bayi. Kemudian ia yakin bahwa Srintil sudah kemasukan indang ronggeng. Hingga suatu ketika Srintil membuktikan kelincahannya dalam menari didepan warga Dukuh Paruk. Berbeda dengan novel Tarian Bumi yang mengisahkan seorang penari cantik dari kasta sudra. Ia bernama Luh Sekar. Kasta sudra merupakan kasta terendah dalam pengkastaan di Bali. Luh Sekar sangat berambisi untuk menikah dengan Ida Bagus agar hidupnya tidak lagi menderita. Ida Bagus adalah nama depan laki-laki dari kasta brahmana yaitu kasta tertinggi di Bali. Kedua novel ini sama-sama menceritakan seorang perempuan yang dipandang lemah dalam menghadapi hidupnya dan perempuan itu pada akhirnya yang menderita. Tokoh Srintil dalam Ronggeng Dukuh Paruk sangatlah menginginkan menjadi seorang ronggeng meskipun ia harus menjalani ritual bukak kelambu yaitu ritual dimana setiap laki-laki yang mempunyai banyak uang boleh mengambil kesucian Srintil. Meskipun cinta Srintil hanya untuk Rasus. Srintil harus rela tidak menikah dan ia harus menjadi milik bersama karena ia adalah seorang ronggeng, ronggeng Dukuh Paruk yang sangat dikagumi banyak orang. Sebelum ritual itu terjadi Srintil menemui Rasus yang sedang bersedih di sebelah rumah Kertareja seorang dukun ronggeng. Ia meminta Rasus untuk menjamah tubuhnya sebelum dua laki-laki yang tidak dicintainya itu menjamah tubuhnya hingga puas. Sementara dalam Tarian Bumi, Luh Kenten atau teman Luh Sekar sangat membenci kaum laki-laki karena Luh Kenten menganggap laki-laki itu hanya bisa bersenang-senang, memanfaatkan kaum perempuan dan bermalas-malasan untuk bekerja. Oleh karena itulah Luh Kenten menjadi menyukai sesama jenis, terlebih ketika Luh Kenten melihat kerja keras Luh Sekar, ia diam-diam mencintai temannya sendiri itu yaitu Luh Sekar. Luh Kenten merasa tidak senang ketika Luh Sekar mendekati Ida Bagus sehingga ketika Luh Sekar akan menikah dengan Ida Bagus, ia meminta Luh Sekar untuk tidur dengannya. Dilihat dari alur yang digunakan dalam kedua novel ini, Ahmad Tohari dalam Ronggeng Dukuh Paruk menggunakan alur maju karena menceritakan dengan runtut setiap kejadian dari awal hingga akhir cerita yang sad ending sedangkan dalam Tarian Bumi Oka Rusmini menggunakan alur campuran karena dalam Tarian Bumi cara menceritakannya tidak runtut dari awal sampai akhir namun menceritakan pada masa lalu yang kemudian kembali ke masa sekarang. Ritual untuk menjadi ronggeng tidak hanya bukak kelambu namun ada banyak ritual lainnya. Ritual ini dimulai dengan diasuh oleh dukun ronggeng kemudian diberi pengasih atau semacam susuk agar ronggeng Srintil laris, menari di makam Ki Secamenggala (makam leluhur) dan yang terakhir adalah bukak kelambu. Masyarakat di Dukuh Paruk sangat percaya pada nenek moyang mereka sehingga apapun yang akan dilakukan harus meminta ijin kepada Ki Secamenggala. Misalnya saja saat ingin menobatkan Srintil menjadi ronggeng di Dukuh Paruk harus meminta ijin dulu. Begitu pula Telaga yag harus menjalani upacara patiwangi karena menikah dengan kasta sudra sedangkan ia berasal dari kasta brahmana dan Luh Sekar yang harus berganti nama menjadi Jero Kenanga karena telah menikah dengan Ida Bagus dan telah tinggal di griya. Upacara patiwangi merupakan upacara berpamitan untuk meninggalkan griya dan menjadi kasta sudra. Kedua novel ini menceritakan betapa patuhnya masyarakat terhadap adat istiadat yang ada dalam daerahnya. Tradisi-tradisi dalam kedua novel ini masih sangat kental sekali. Ahmad Tohari dalam Ronggeng Dukuh Paruk memilih menggunakan bahasa jawa dan dialeknya yang sulit dipahami oleh para pembaca karena dalam novel ini tidak terdapat glosarium. Sehingga pembaca yang tidak mengerti bahasa jawa akan sangat kesulitan memahami isi cerita dalam novel ini. Dalam novel ini juga banyak kata-kata kotor yang dilontarkan para tokoh. Namun berbeda dalam Tarian Bumi, Oka Rusmini menggunakan bahasa keseharian orang di Bali, misalnya saja kata meme. Mungkin terdengar asing di telinga kita. Meme adalah panggilan seorang anak kepada ibunya di Bali. Jika Ahmad Tohari tidak menyertakan glosarium dalam tulisan-tulisannya berbeda dengan Oka Rusmini yang menyertakan glosarium dalam novelnya. Pembaca menjadi mengetahui banyak hal tentang Bali, dan istilah-istilah yang digunakan masyarakat Bali. Kedua novel ini sama-sama menggunakan bahasa daerahnya masing-masing. Beberapa istilah yang ada dalam novel Tarian Bumi yaitu :
1. Ida Ayu yaitu nama depan perempuan dari kasta brahmana.
2. Ida Bagus yaitu nama depan laki-laki dari kasta brahmana.
3. Jero yaitu nama yang harus dipakai oleh seorang perempuan dari kasta sudra yang menjadi anggota baru di griya.
Dalam Ronggeng Dukuh Paruk, ceritanya terfokus pada satu perempuan yaitu Srintil, sedangkan dalam Tarian Bumi banyak sekali perempuan yang diceritakan, diantaranya Luh Sekar,Luh Kenten dan Telaga. Tohari sangat mendetail dalam mengungkap keadaan di Dukuh Paruk. Misalnya pada saat Rasus dan kedua temannya ingin mencabut singkong namun tidak bisa karena tanahnya kering sehingga mereka harus mengencingi singkong itu baru bisa mencabut singkong itu dan memakannya. Betapa menderitanya masyarakat pada saat itu. Tohari mampu mengungkap kemarau hingga begitu detailnya. Ini menggambarkan betapa keringnya Dukuh Paruk saat itu. Sedangkan Oka Rusmini menggambarkan betapa kasta itu penting di Bali dan betapa menderitanya terlahir dari kasta sudra, seperti yang dialami Luh Sekar. Kedua novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu, dibuktikan dengan kutipan kalimat berikut : 1. “Sejarah hidup Telaga sendiri penuh dengan luka” 2. “Srintil mengalami goncangan jiwa dan menderita sakit gila” Pada akhirnya Srintil pun menjadi gila dan Telaga pun menderita, ia pada akhirnya menjadi contoh yang tidak baik untuk kasta brahmana karena menyebabkan banyak Ida Ayu yang kawin dengan laki-laki sudra dan membuat aib bagi leluhur griya. Kedua novel ini berakhir dengan sad ending.

KOMENTAR

Tarian Bumi karya Oka Rusmini sangat bermanfaat untuk dibaca karena pembaca diajak untuk memahami dan mengetahui lebih dalam tentang kehidupan perempuan di Bali dan juga adat istiadatnya. Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari mengungkap tentang budaya ronggeng yang turun temurun sehingga sangat menarik pembaca yang belum mengetahui ronggeng itu apa untuk membaca novel ini. Kedua novel ini juga mengungkap betapa bejatnya kaum laki-laki.

 LAMPIRAN

 A. Sinopsis Ronggeng Dukuh Paruk

Judul : Ronggeng Dukuh Paruk
Penulis : Ahmad Tohari
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal Buku : 408 Halaman
Tahun Terbit : 1982
Cetakan : 2003

Diceritakan di sebuah desa bernama Dukuh Parruk, tinggal seorang gadis yang cantik jelita bernama Srintil dan memiliki sahabat bernama. Suatu ketika Srintil menari tayub saat Rasus dengan teman-temannya mengiringi tariannya dengan tembang dan musik. Meskipun suara calung dan gendang tersebut dibuat dari mulut mereka. Srintil menari serupa tarian ronggeng. Ketika itu, kakek Srintil bersama Kartaredja melihat hal tersebut. Srintil dinobatkan menjadi seorang ronggeng setelah melalui beberapa ritual. Semua ritwal itu dijalani srintil. Mulai dari mandi di pusara kuburan Ki Secamenggala sampai dengan ritual buka klambu. Ritual terakhir yang harus dilalui seorang calon ronggeng adalah buka klambu. Ia akan menyelenggarakan sayembara terhadap para lelaki yang berani menawarnya paling mahal untuk mendapatkan keperawanannya. Setelah ada seorang lelaki yang mampu memenuhi persyaratannya, maka ia akan memberikan keperawanannya pada lelaki tersebut. Rasus tidak rela melihat itu. Ia tak rela melihat Srintil melepas kesuciannya begitu saja demi ritual buka klambu untuk menjadi ronggeng yang sesungguhnya. Srintil juga berada di dalam kebimbangan antara ingin menjadi ronggeng yang sesungguhnya dan merasa takut melakukan ritual tersebut. Ritual itu sebenarnya juga amat berat baginya. Akan tetapi akhirnya Srintil memberikan kesuciannya kepada Rasus secara diam-diam tanpa imbalan apapun. Meskipun setelah itu juga ada lelaki yang memenangkan sayembara buka klambu itu. Srintil akhirnya menjadi ronggeng yang terkenal setelah ritual buka klambu dilaksanakan. Ia menjadi ronggeng yang laris dan menjadi pembicaraan semua orang. Setiap orang memujinya. Ia juga semakin kaya setelah menjadi ronggeng. Tak kuasa melihat Srintil yang telah menjadi ronggeng, Rasus pindah dari Dukuh Paruk ke Dawuhan. Awalnya ia bekerja menjadi pesuruh di pasar. Tetapi akhirnya ia bekerja bersama para tentara yang bertugas di sana. Rasuspun akhirnya juga diangkat menjadi seorang tentara berkat kejujuran dan kegigihannya. Setelah menjadi ronggeng, justru Srintil menyadari bahwa ia mencintai Rasus. Ia ingin merasakan kelembutan sentuhan lelaki dan merasa jenuh menjadi ronggeng. Srintil mengajak Rasus menikah, tetapi Rasus menolak karena lebih memilih menjadi tentara. Srintil sangat bersedih karena hal tersebut.Srintil yang sudah mulai merasa jenuh menjadi seorang ronggeng dukuh paruk, sering menolak untuk melayani para lelaki. Bahkan beberapa kali menolak untuk meronggeng. Sebenarnya ia ingin memiliki hidup yang lebih tenang, yaitu memiliki suami dan anak. Memiliki keluarga yang bisa menenteramkan hatinya. Ia juga masih mengharapkan Rasus, seorang lelaki Dukuh Paruk yang kini telah menjadi tentara.Banyak sekali permasalahan yang mulai membuat Srintil untuk enggan meronggeng. Apalagi ia mulai menemukan Goder yang diangkat menjadi anaknya. Ia sangat memanjakan Goder laiknya anaknya sendiri. Ia semakin teguh untuk berhenti meronggeng dan menciptakan hidup baru. Namun tiba-tiba petaka muncul menghantam dukuh paruk. Dukuh paruk diguncang oleh panas dan liciknya dunia politik. Dukuh paruk dituduh menjadi anggota partai komunis setelah terlibat dengan oknum partai tersebut. Dengan segala kebodohan yang dimiliki dukuh paruk, Srintil bersama beberapa masyarakat dukuh paruk lainnya ditahan. Srintil menjadi orang dukuh paruk yang paling lama ditahan. Setelah ia dibebaskan, kehidupannya sudah mulai berubah. Ia mulai tertutup dengan orang lain. Pandangan orang lain terhadapnya juga mulai berubah karena identik dengan partai komunis tersebut serta menjadi bekas tahanan. Hingga ia bertemu dengan Bajus, lelaki yang muali dekat dengannya. Dengan ketulusan dan kebaikan bajus Srintil menjadi terbuka dan dekat dengan Bajus. Semakin hari Srintil semakin dekat dengan Bajus dan kehidupan Srintil mulai membaik. Rasus yang telah lama tidak pulang, akhirnya ia kembali ke dukuh paruk untuk berlibur. Mengetahui hal itu hati Srintil sempat goyah. Ia sebenarnya masih menyimpan rasa terhadap Rasus. Tetapi ia tak bisa berbuat apa-apa. Ia juga menyadari bahwa ia sedang dekat dengan Bajus. Suatu hari Srintil diajak Bajus untuk mengikuti acara tertentu. Ternyata selama ini Bajus telah memiliki rencana jahat terhadap Srintil. Bajus ingin menyerahkan Srintil kepada bosnya sebagai hadiah agar bisnisnya lancar. Srintil sangat terpukul karena ia telah begitu percaya pada Bajus. Namun Bajus justru merupakan lelaki yang jahat. Karena itu, Srintil mengalami gangguan jiwa dan menjadi gila. Melihat kondisi Srintil yang memrihartinkan, Rasus merasa iba. Ia akhirnya membawa Srintil ke rumah sakit jiwa.


 B. Sinopsis Tarian Bumi

Judul Buku: Tarian Bumi
Penulis: Oka Rusmini
Tahun Penerbitan: 2007
Cetakan Ke: Pertama No ISBN: 978-979-22-2877-9/979-22-2877-2
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Cerita tentang seorang anak perempuan bernama Telaga yang lahir dari seorang Ibu bernama Luh Sekar, perempuan sudra yang menikah dengan seorang Ida bagus (nama depan laki-laki dari kasta Brahmana, kasta tertinggi dari masyarakat bali). Sudra adalah kasta terendah dalam masyarakat bali. Telaga atau lengkapnya Ida Ayu (nama depan anak perempuan kasta brahmana) Telaga Pidada menyandang gelar bangsawan. Sejarah hidup Telaga sendiri penuh luka. Karena cintanya pada seorang laki-laki dari kasta sudra ia bersedia menanggalkan kebangsawannya. Pernikahan Telaga dan Wayan sejak semula tidak direstui oleh kedua belah pihak orang tua mereka. Ibu Telaga, yang kemudian berganti nama menjadi “Jero” (Jero adalah nama yang harus dipakai oleh seorang perempuan sudra yang menjadi anggota keluarga griya) Kenanga, dulunya seorang penari sudra yang sangat cantik. Kehidupan keluarganya yang miskin dan terhina membuat Kenanga sangat berambisi untuk menjadi kaya dan terhormat. Satu-satunya jalan untuk mewujudkan keinginan itu adalah dengan menerima pinangan dari lelaki bangsawan yang tidak dicintainya. Bagi Kenanga, cinta tak penting, yang utama adalah kekayaan. Laki-laki bangsawan yang dinikahi Kenanga kemudian ditemukan meninggal dalam dekapan pelacur. Ibu mertua Kenanga adalah wanita yang sangat keras. Sejak awal ia tidak menyukai anak laki-laki kesayangannya menikahi perempuan sudra. Ia menerapkan aturan yang sangat kaku. Bagi nenek Telaga, wibawa harus terus dijaga agar orang di luar griya mau menghargainya. Dalam rumah besar dan mewah itu hanya teriakan nenek dan kata-kata kasar ayah yang sering keluar. Ibu Telaga jarang berbicara. Dan kakek hanya bisa diam. Setelah kematian ayah Telaga disusul kemudian nenek, Ibu mulai mengatur kehidupan Telaga. Kenanga tidak membiarkan Telaga berpikir untuk hidupnya sendiri. Keinginan-keinginan Kenanga adalah harga mati yang tak seorang pun bisa membelokkannya, pun demikian jodoh untuk Telaga, putri satu-satunya. Sementara itu, Ibu Wayan, sangat keberatan niat putranya menyunting Telaga. Tak pantas laki-laki sudra meminang perempuan brahmana. Jika itu terjadi maka dikhawatirkan malapetaka akan menimpa keluarga mereka. Namun pernikahan tidak dapat dibatalkan karena Telaga telah mengandung calon benih Wayan. Telaga dan Wayan menikah untuk kemudian mereka tinggal bersama Ibu Wayan. Namun pernikahan itu tidak berlangsung lama. Wayan ditemukan meninggal di studio lukisnya. Dari hasil pemeriksaan dokter diketahui bahwa Wayan mengidap penyakit jantung bawaan sejak kecil. Kematian putra satu-satunya mendorong Ibu Wayan meminta Telaga untuk melakukan upacara Patiwangi. Ibu Wayan meyakini sebelum Telaga melakukan upacara itu, selamanya ia akan menjadi pembawa malapetaka. Upacara patiwangi adalah semacam upacara pamitan kepada leluhur di griya (tempat tinggal kasta Brahmana), karena ia tidak lagi menjadi bagian dari keluarga griya. Bukan sebuah upacara yang mudah. Karena upacara ini akan menurunkan harga diri keluarga griya dan menjatuhkan nama baik mereka. Dengan upara pamit ini akan menimbulkan masalah, karena Telaga akan dijadikan contoh dan dapat menyebabkan banyak Ida Ayu yang kawin dengan laki-laki sudra. Dan ini adalah aib bagi leluhur griya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar