Selasa, 15 Januari 2013

Pengorbanan Simbok

          Langit masih terlihat petang saat ku terbangun karena kopkokan ayam. Ku lihat wajah seorang wanita yang kira-kira umurnya 34 tahun tengah sibuk didapur. Ia adalah SImbok. Setiap pagi ia bangun jam 4 untuk memasak. Sedangkan bapak dan adik masih tertidur pulas di kasur.Ku amati tingkah laku semua tingkah laku simbok. Saat ia melihatku ia mengajakku menghadap yang maha kuasa. Ku lihat simbok meneteskan air mata saat menyampaikan pesan ke yang maha kuasa,bukan kali ini saja aku melihat simbok meneteskan air mata. Namun setiap simbok menghadap yang kuasa ia selalu meneteskan air mata. Mungkin karena aku dan adikku selalu bandel.
          Hari liburanku telah tiba dan mungkin hari ini akan memberikan pengalaman yang baru untukku. Liburan yang biasanya di isi dengan liburan tapi berbeda dengan aku,karena aku mengantar simbokku ke pasar setiap pagi. Yamaha merah dan keranjang duren berwarna hijau menjadi tungganganku dan simbok. Aku tak pernah malu dengan apa yang ku lakukan ini karena niatku adalah meringankan beban simbok. Aku benar-benar kagum dengan simbok.
Bapak yang setiap pagi pergi kekebun memetik duren,telah sibuk mempersiapkan peralatan-peralatan yang akan dibawanya. Berangkatlah i9a kekebun. Ketika aku dan simbok akan berangkat ke pasar adikku baru bangun. Adik diberi uang oleh simbok agar tidak menangis tapi apa yang terjadi justru sebalikny. Dengan berat hati aku dan simbok pergi meninggalkan adikku yang sedang menangis. Simbok naik di atas keranjang hijau penuh duren itu.





           Aku mengerti sekarang betapa susahnya mencari uang itu. Dalam perjalanan simbok bertanya kepadaku.
" ndok...apa kamu ndak malu setiap hari ngantar simbok bawa keranjang ?" (tanya simbok dengan suara lemah lembut penuh kasih sayang)
"Endak mbok...kenapa saya harus malu? saya ingin meringankan beban simbok." (jawab Nia)
          Senang hati simbok mendengar jawaban anak perempuan satu-satunya itu. Sampai di pasar simbok menawarkan duren itu dengan harga Rp.50.000,00 per tali yang isinya 4 buah duren. Tak banyak upah yang didapat simbok namun,simbok tetap menjalani profesinya sebagai pedagang.
" Ndok,kita belanja dulu ya,untuk dijual lagi dirumah !!" (kata simbok)
"Iya mbok." (jawab Nia)
"Ndok...jangan pernah bosan ya ngantar simbok ke pasar setiap hari..?"(pinta simbok)
"Nia ndak akan bosan kok mbok...selama Nia masih bisa bernafas Nia akan selalu membantu simbok." (jawab Nia)
"Ini semua demi kebutuhan kamu sehari-hari ndok" (jawab simbok lagi)
"Iya mbok Nia tahu,Mbok... Nia lapar...!!!!" (jawabnya sambil memegang perutnya)
"Ya sudah ayo kita sarapan dulu di warung soto pojok itu." (kata simbok)
"Ayo mbok"
          Sang surya pun tengah berada di atas kepala seolah kepala ini terpanggang oleh panasnya sang surya. Belanja telah selesai waktunya pulang dan beristirahat. Tak lupa simbok membeli oleh-oleh untuk adek. Begitulah hari-hari yang dilalui simbok. Pengorbanannya yang begitu besar untuk anaknya itu sungguh mengagumkan.

Minggu, 13 Januari 2013

Kenangan Terindah


Begitu sakit hati ini mengingat kenangan indah kita...
Kenangan yang membuatku tersenyum....
Namun sekarang hanya percikan luka yang tersisa dalam hati ini...
Aku tahu aku tak bisa menjadi seperti yang kau mau....
Aku sadar...cinta kita itu terlarang..
Tapi selama kita berusaha...
Aku yakin...cinta kita dapat di restui...
Namun kau menyerah begitu saja....
Keajaiban itu ada...
Dan aku percaya suatu saat kita pasti di restui...
Tapi kau malah pergi dariku...Meninggalkanku bersama sepiku
Kini aku tak kan lagi memintamu untuk tetap disampingku..
Karena aku menyadari bahwa aku tak pantas kau dampingi..
Cintamu telah membuat hatiku membeku...
Menggoreskan luka di hatiku...
Entah mengapa sampai saat ini ku masih mencintaimu...
Padahal kau telah berulang kali melukaiku...