Kamis, 23 Januari 2014

Genangan Lautan


Tak ada sang mentari

Tak ada pula tambatan hati

Yang selalu temani hari

Yang ada, hanya sunyi

Dan gumpalan abu-abu tutupi mentari

Hingga aku tak mampu,

Tak mampu menampung genangan

Yang menjadikan kota ini lautan

Minggu, 19 Januari 2014

“Perbandingan Novel Ronggeng Dukuh Paruk dan Tarian Bumi”

PEREMPUANLAH YANG MENDERITA PADA AKHIRNYA


 Budaya ternyata masih sangat melekat dijiwa masyarakat, seperti halnya dalam novel Ahmad Tohari yang berjudul Ronggeng Dukuh Paruk dan novel Oka Rusmini yang berjudul Tarian Bumi. Dalam kedua novel ini , budaya dan tradisi masih sangat dipatuhi bahkan dilestarikan oleh masyarakat karena mereka mempercayai bahwa petaka akan menimpa jika tidak mematuhi tradisi-tradisi tersebut. Novel Ronggeng Dukuh Paruk menceritakan seorang gadis cilik yang sangat kenes dalam menari layaknya seorang ronggeng, yang hidup di Dukuh Paruk. Dukuh yang terkenal miskin. Gadis itu bernama Srintil. Sarkaya, kakek Srintil sendiri heran mengapa Srintil bisa menari dan melantunkan lagu layaknya seorang ronggeng, padahal ronggeng di Dukuh Paruk telah punah saat Srintil masih bayi. Kemudian ia yakin bahwa Srintil sudah kemasukan indang ronggeng. Hingga suatu ketika Srintil membuktikan kelincahannya dalam menari didepan warga Dukuh Paruk. Berbeda dengan novel Tarian Bumi yang mengisahkan seorang penari cantik dari kasta sudra. Ia bernama Luh Sekar. Kasta sudra merupakan kasta terendah dalam pengkastaan di Bali. Luh Sekar sangat berambisi untuk menikah dengan Ida Bagus agar hidupnya tidak lagi menderita. Ida Bagus adalah nama depan laki-laki dari kasta brahmana yaitu kasta tertinggi di Bali. Kedua novel ini sama-sama menceritakan seorang perempuan yang dipandang lemah dalam menghadapi hidupnya dan perempuan itu pada akhirnya yang menderita. Tokoh Srintil dalam Ronggeng Dukuh Paruk sangatlah menginginkan menjadi seorang ronggeng meskipun ia harus menjalani ritual bukak kelambu yaitu ritual dimana setiap laki-laki yang mempunyai banyak uang boleh mengambil kesucian Srintil. Meskipun cinta Srintil hanya untuk Rasus. Srintil harus rela tidak menikah dan ia harus menjadi milik bersama karena ia adalah seorang ronggeng, ronggeng Dukuh Paruk yang sangat dikagumi banyak orang. Sebelum ritual itu terjadi Srintil menemui Rasus yang sedang bersedih di sebelah rumah Kertareja seorang dukun ronggeng. Ia meminta Rasus untuk menjamah tubuhnya sebelum dua laki-laki yang tidak dicintainya itu menjamah tubuhnya hingga puas. Sementara dalam Tarian Bumi, Luh Kenten atau teman Luh Sekar sangat membenci kaum laki-laki karena Luh Kenten menganggap laki-laki itu hanya bisa bersenang-senang, memanfaatkan kaum perempuan dan bermalas-malasan untuk bekerja. Oleh karena itulah Luh Kenten menjadi menyukai sesama jenis, terlebih ketika Luh Kenten melihat kerja keras Luh Sekar, ia diam-diam mencintai temannya sendiri itu yaitu Luh Sekar. Luh Kenten merasa tidak senang ketika Luh Sekar mendekati Ida Bagus sehingga ketika Luh Sekar akan menikah dengan Ida Bagus, ia meminta Luh Sekar untuk tidur dengannya. Dilihat dari alur yang digunakan dalam kedua novel ini, Ahmad Tohari dalam Ronggeng Dukuh Paruk menggunakan alur maju karena menceritakan dengan runtut setiap kejadian dari awal hingga akhir cerita yang sad ending sedangkan dalam Tarian Bumi Oka Rusmini menggunakan alur campuran karena dalam Tarian Bumi cara menceritakannya tidak runtut dari awal sampai akhir namun menceritakan pada masa lalu yang kemudian kembali ke masa sekarang. Ritual untuk menjadi ronggeng tidak hanya bukak kelambu namun ada banyak ritual lainnya. Ritual ini dimulai dengan diasuh oleh dukun ronggeng kemudian diberi pengasih atau semacam susuk agar ronggeng Srintil laris, menari di makam Ki Secamenggala (makam leluhur) dan yang terakhir adalah bukak kelambu. Masyarakat di Dukuh Paruk sangat percaya pada nenek moyang mereka sehingga apapun yang akan dilakukan harus meminta ijin kepada Ki Secamenggala. Misalnya saja saat ingin menobatkan Srintil menjadi ronggeng di Dukuh Paruk harus meminta ijin dulu. Begitu pula Telaga yag harus menjalani upacara patiwangi karena menikah dengan kasta sudra sedangkan ia berasal dari kasta brahmana dan Luh Sekar yang harus berganti nama menjadi Jero Kenanga karena telah menikah dengan Ida Bagus dan telah tinggal di griya. Upacara patiwangi merupakan upacara berpamitan untuk meninggalkan griya dan menjadi kasta sudra. Kedua novel ini menceritakan betapa patuhnya masyarakat terhadap adat istiadat yang ada dalam daerahnya. Tradisi-tradisi dalam kedua novel ini masih sangat kental sekali. Ahmad Tohari dalam Ronggeng Dukuh Paruk memilih menggunakan bahasa jawa dan dialeknya yang sulit dipahami oleh para pembaca karena dalam novel ini tidak terdapat glosarium. Sehingga pembaca yang tidak mengerti bahasa jawa akan sangat kesulitan memahami isi cerita dalam novel ini. Dalam novel ini juga banyak kata-kata kotor yang dilontarkan para tokoh. Namun berbeda dalam Tarian Bumi, Oka Rusmini menggunakan bahasa keseharian orang di Bali, misalnya saja kata meme. Mungkin terdengar asing di telinga kita. Meme adalah panggilan seorang anak kepada ibunya di Bali. Jika Ahmad Tohari tidak menyertakan glosarium dalam tulisan-tulisannya berbeda dengan Oka Rusmini yang menyertakan glosarium dalam novelnya. Pembaca menjadi mengetahui banyak hal tentang Bali, dan istilah-istilah yang digunakan masyarakat Bali. Kedua novel ini sama-sama menggunakan bahasa daerahnya masing-masing. Beberapa istilah yang ada dalam novel Tarian Bumi yaitu :
1. Ida Ayu yaitu nama depan perempuan dari kasta brahmana.
2. Ida Bagus yaitu nama depan laki-laki dari kasta brahmana.
3. Jero yaitu nama yang harus dipakai oleh seorang perempuan dari kasta sudra yang menjadi anggota baru di griya.
Dalam Ronggeng Dukuh Paruk, ceritanya terfokus pada satu perempuan yaitu Srintil, sedangkan dalam Tarian Bumi banyak sekali perempuan yang diceritakan, diantaranya Luh Sekar,Luh Kenten dan Telaga. Tohari sangat mendetail dalam mengungkap keadaan di Dukuh Paruk. Misalnya pada saat Rasus dan kedua temannya ingin mencabut singkong namun tidak bisa karena tanahnya kering sehingga mereka harus mengencingi singkong itu baru bisa mencabut singkong itu dan memakannya. Betapa menderitanya masyarakat pada saat itu. Tohari mampu mengungkap kemarau hingga begitu detailnya. Ini menggambarkan betapa keringnya Dukuh Paruk saat itu. Sedangkan Oka Rusmini menggambarkan betapa kasta itu penting di Bali dan betapa menderitanya terlahir dari kasta sudra, seperti yang dialami Luh Sekar. Kedua novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu, dibuktikan dengan kutipan kalimat berikut : 1. “Sejarah hidup Telaga sendiri penuh dengan luka” 2. “Srintil mengalami goncangan jiwa dan menderita sakit gila” Pada akhirnya Srintil pun menjadi gila dan Telaga pun menderita, ia pada akhirnya menjadi contoh yang tidak baik untuk kasta brahmana karena menyebabkan banyak Ida Ayu yang kawin dengan laki-laki sudra dan membuat aib bagi leluhur griya. Kedua novel ini berakhir dengan sad ending.

KOMENTAR

Tarian Bumi karya Oka Rusmini sangat bermanfaat untuk dibaca karena pembaca diajak untuk memahami dan mengetahui lebih dalam tentang kehidupan perempuan di Bali dan juga adat istiadatnya. Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari mengungkap tentang budaya ronggeng yang turun temurun sehingga sangat menarik pembaca yang belum mengetahui ronggeng itu apa untuk membaca novel ini. Kedua novel ini juga mengungkap betapa bejatnya kaum laki-laki.

 LAMPIRAN

 A. Sinopsis Ronggeng Dukuh Paruk

Judul : Ronggeng Dukuh Paruk
Penulis : Ahmad Tohari
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal Buku : 408 Halaman
Tahun Terbit : 1982
Cetakan : 2003

Diceritakan di sebuah desa bernama Dukuh Parruk, tinggal seorang gadis yang cantik jelita bernama Srintil dan memiliki sahabat bernama. Suatu ketika Srintil menari tayub saat Rasus dengan teman-temannya mengiringi tariannya dengan tembang dan musik. Meskipun suara calung dan gendang tersebut dibuat dari mulut mereka. Srintil menari serupa tarian ronggeng. Ketika itu, kakek Srintil bersama Kartaredja melihat hal tersebut. Srintil dinobatkan menjadi seorang ronggeng setelah melalui beberapa ritual. Semua ritwal itu dijalani srintil. Mulai dari mandi di pusara kuburan Ki Secamenggala sampai dengan ritual buka klambu. Ritual terakhir yang harus dilalui seorang calon ronggeng adalah buka klambu. Ia akan menyelenggarakan sayembara terhadap para lelaki yang berani menawarnya paling mahal untuk mendapatkan keperawanannya. Setelah ada seorang lelaki yang mampu memenuhi persyaratannya, maka ia akan memberikan keperawanannya pada lelaki tersebut. Rasus tidak rela melihat itu. Ia tak rela melihat Srintil melepas kesuciannya begitu saja demi ritual buka klambu untuk menjadi ronggeng yang sesungguhnya. Srintil juga berada di dalam kebimbangan antara ingin menjadi ronggeng yang sesungguhnya dan merasa takut melakukan ritual tersebut. Ritual itu sebenarnya juga amat berat baginya. Akan tetapi akhirnya Srintil memberikan kesuciannya kepada Rasus secara diam-diam tanpa imbalan apapun. Meskipun setelah itu juga ada lelaki yang memenangkan sayembara buka klambu itu. Srintil akhirnya menjadi ronggeng yang terkenal setelah ritual buka klambu dilaksanakan. Ia menjadi ronggeng yang laris dan menjadi pembicaraan semua orang. Setiap orang memujinya. Ia juga semakin kaya setelah menjadi ronggeng. Tak kuasa melihat Srintil yang telah menjadi ronggeng, Rasus pindah dari Dukuh Paruk ke Dawuhan. Awalnya ia bekerja menjadi pesuruh di pasar. Tetapi akhirnya ia bekerja bersama para tentara yang bertugas di sana. Rasuspun akhirnya juga diangkat menjadi seorang tentara berkat kejujuran dan kegigihannya. Setelah menjadi ronggeng, justru Srintil menyadari bahwa ia mencintai Rasus. Ia ingin merasakan kelembutan sentuhan lelaki dan merasa jenuh menjadi ronggeng. Srintil mengajak Rasus menikah, tetapi Rasus menolak karena lebih memilih menjadi tentara. Srintil sangat bersedih karena hal tersebut.Srintil yang sudah mulai merasa jenuh menjadi seorang ronggeng dukuh paruk, sering menolak untuk melayani para lelaki. Bahkan beberapa kali menolak untuk meronggeng. Sebenarnya ia ingin memiliki hidup yang lebih tenang, yaitu memiliki suami dan anak. Memiliki keluarga yang bisa menenteramkan hatinya. Ia juga masih mengharapkan Rasus, seorang lelaki Dukuh Paruk yang kini telah menjadi tentara.Banyak sekali permasalahan yang mulai membuat Srintil untuk enggan meronggeng. Apalagi ia mulai menemukan Goder yang diangkat menjadi anaknya. Ia sangat memanjakan Goder laiknya anaknya sendiri. Ia semakin teguh untuk berhenti meronggeng dan menciptakan hidup baru. Namun tiba-tiba petaka muncul menghantam dukuh paruk. Dukuh paruk diguncang oleh panas dan liciknya dunia politik. Dukuh paruk dituduh menjadi anggota partai komunis setelah terlibat dengan oknum partai tersebut. Dengan segala kebodohan yang dimiliki dukuh paruk, Srintil bersama beberapa masyarakat dukuh paruk lainnya ditahan. Srintil menjadi orang dukuh paruk yang paling lama ditahan. Setelah ia dibebaskan, kehidupannya sudah mulai berubah. Ia mulai tertutup dengan orang lain. Pandangan orang lain terhadapnya juga mulai berubah karena identik dengan partai komunis tersebut serta menjadi bekas tahanan. Hingga ia bertemu dengan Bajus, lelaki yang muali dekat dengannya. Dengan ketulusan dan kebaikan bajus Srintil menjadi terbuka dan dekat dengan Bajus. Semakin hari Srintil semakin dekat dengan Bajus dan kehidupan Srintil mulai membaik. Rasus yang telah lama tidak pulang, akhirnya ia kembali ke dukuh paruk untuk berlibur. Mengetahui hal itu hati Srintil sempat goyah. Ia sebenarnya masih menyimpan rasa terhadap Rasus. Tetapi ia tak bisa berbuat apa-apa. Ia juga menyadari bahwa ia sedang dekat dengan Bajus. Suatu hari Srintil diajak Bajus untuk mengikuti acara tertentu. Ternyata selama ini Bajus telah memiliki rencana jahat terhadap Srintil. Bajus ingin menyerahkan Srintil kepada bosnya sebagai hadiah agar bisnisnya lancar. Srintil sangat terpukul karena ia telah begitu percaya pada Bajus. Namun Bajus justru merupakan lelaki yang jahat. Karena itu, Srintil mengalami gangguan jiwa dan menjadi gila. Melihat kondisi Srintil yang memrihartinkan, Rasus merasa iba. Ia akhirnya membawa Srintil ke rumah sakit jiwa.


 B. Sinopsis Tarian Bumi

Judul Buku: Tarian Bumi
Penulis: Oka Rusmini
Tahun Penerbitan: 2007
Cetakan Ke: Pertama No ISBN: 978-979-22-2877-9/979-22-2877-2
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Cerita tentang seorang anak perempuan bernama Telaga yang lahir dari seorang Ibu bernama Luh Sekar, perempuan sudra yang menikah dengan seorang Ida bagus (nama depan laki-laki dari kasta Brahmana, kasta tertinggi dari masyarakat bali). Sudra adalah kasta terendah dalam masyarakat bali. Telaga atau lengkapnya Ida Ayu (nama depan anak perempuan kasta brahmana) Telaga Pidada menyandang gelar bangsawan. Sejarah hidup Telaga sendiri penuh luka. Karena cintanya pada seorang laki-laki dari kasta sudra ia bersedia menanggalkan kebangsawannya. Pernikahan Telaga dan Wayan sejak semula tidak direstui oleh kedua belah pihak orang tua mereka. Ibu Telaga, yang kemudian berganti nama menjadi “Jero” (Jero adalah nama yang harus dipakai oleh seorang perempuan sudra yang menjadi anggota keluarga griya) Kenanga, dulunya seorang penari sudra yang sangat cantik. Kehidupan keluarganya yang miskin dan terhina membuat Kenanga sangat berambisi untuk menjadi kaya dan terhormat. Satu-satunya jalan untuk mewujudkan keinginan itu adalah dengan menerima pinangan dari lelaki bangsawan yang tidak dicintainya. Bagi Kenanga, cinta tak penting, yang utama adalah kekayaan. Laki-laki bangsawan yang dinikahi Kenanga kemudian ditemukan meninggal dalam dekapan pelacur. Ibu mertua Kenanga adalah wanita yang sangat keras. Sejak awal ia tidak menyukai anak laki-laki kesayangannya menikahi perempuan sudra. Ia menerapkan aturan yang sangat kaku. Bagi nenek Telaga, wibawa harus terus dijaga agar orang di luar griya mau menghargainya. Dalam rumah besar dan mewah itu hanya teriakan nenek dan kata-kata kasar ayah yang sering keluar. Ibu Telaga jarang berbicara. Dan kakek hanya bisa diam. Setelah kematian ayah Telaga disusul kemudian nenek, Ibu mulai mengatur kehidupan Telaga. Kenanga tidak membiarkan Telaga berpikir untuk hidupnya sendiri. Keinginan-keinginan Kenanga adalah harga mati yang tak seorang pun bisa membelokkannya, pun demikian jodoh untuk Telaga, putri satu-satunya. Sementara itu, Ibu Wayan, sangat keberatan niat putranya menyunting Telaga. Tak pantas laki-laki sudra meminang perempuan brahmana. Jika itu terjadi maka dikhawatirkan malapetaka akan menimpa keluarga mereka. Namun pernikahan tidak dapat dibatalkan karena Telaga telah mengandung calon benih Wayan. Telaga dan Wayan menikah untuk kemudian mereka tinggal bersama Ibu Wayan. Namun pernikahan itu tidak berlangsung lama. Wayan ditemukan meninggal di studio lukisnya. Dari hasil pemeriksaan dokter diketahui bahwa Wayan mengidap penyakit jantung bawaan sejak kecil. Kematian putra satu-satunya mendorong Ibu Wayan meminta Telaga untuk melakukan upacara Patiwangi. Ibu Wayan meyakini sebelum Telaga melakukan upacara itu, selamanya ia akan menjadi pembawa malapetaka. Upacara patiwangi adalah semacam upacara pamitan kepada leluhur di griya (tempat tinggal kasta Brahmana), karena ia tidak lagi menjadi bagian dari keluarga griya. Bukan sebuah upacara yang mudah. Karena upacara ini akan menurunkan harga diri keluarga griya dan menjatuhkan nama baik mereka. Dengan upara pamit ini akan menimbulkan masalah, karena Telaga akan dijadikan contoh dan dapat menyebabkan banyak Ida Ayu yang kawin dengan laki-laki sudra. Dan ini adalah aib bagi leluhur griya.

Kamis, 09 Januari 2014

Analisis Puisi Tanah Air Mata karya Sutardji Colzoum

-Analisis Puisi ini bertemakan tentang penderitaan masyarakat kecil yang tertindas oleh pejabat. Ini terlihat pada bait “Tanah airmata tanah tumpah dukaku”. Padahal masyarakat juga ikut membangun negeri ini dengan airmata. Tapi para pejabat malah bersenang-senang tanpa peduli dengan rakyat kecil yang telah ikut berjuang dalam pembangunan Indonesia. Puisi ini termasuk sindiran untuk para pejabat agar para pejabat juga peduli terhadap rakyat kecil. -Komentar: Pembaca puisi ini sangat menikmati dan menghayati dalam membacakan puisi. Pemenggalan katanya pun sangat luwes. Tingkahnya dipanggung sangat lucu.

Minggu, 15 Desember 2013

Sinopsis dan Analisis Cerpen Mbah Danu

A. SINOPSIS Mbah Danu adalah seorang dukun yang sakti dan sangat disegani oleh penduduk, mbah Danu dapat menyembuhkan orang sakit dengan mantra-mantranya, ia dapat juga mengusir roh-roh jahat seperti setan, jin yang sering merasuki orang sakit panas. Dukun ini kemudian dipertemukan dengan orang yang berpendidikan modern yaitu Mr. Salyo, menantu pak Jaksa ( pensiun ), ia tak kenal ilmu ghoib dan hal-hal yang takhayul. Akhirnya mbah Danu tidak mampu mengobati sakit mbok Rah ( pembantu pak jaksa ). Ketika mbok Rah sakit, dipanggilnya dr. Umar Chattab yang melakukan tugasnya secara ilmiah. Menurut diagnosa dr. Umar Chattab mbok Rah mengidap penyakit malaria. Untuk menyembuhkan ia harus makan pil kinine. Ternyata mbok Rah jiwanya tidak tertolong. Orang cenderung menyalahkan menantu pak jaksa yaitu Mr. Salyo, yang mengundang dokter Umar untuk mengobati mbok Rah itu. Tetapi sebenarnya tidaklah begitu, sebab ketika mayat mbok Rah sudah dikuburkan penduduk, ternyata di bawah balai-balai mbok Rah terdapat pil kinine menumpuk. B. ANALISIS -Tema : Kehidupan Sosial -Tahap Alur : a. Permulaan b. pertikaian c. bagian komplikasi d. klimaks e. peleraian f. tahap akhir -Konflik -Latar : Alam,Sosial,Rumah Pak Jaksa, Kamar Pak Jaksa -Tokoh : a. Mbah Danu b. Pak Jaksa c. Mr.Salyo d. Nyonya Salyo e. Dokter Umar Chattab f. Mbok Rah dan Si Nah -Sudut Pandang : Orang Ketiga Serbatahu

Kamis, 31 Oktober 2013

Dikala Senja


Dikala senja ku teringat
Teringat sang pujaan hati
Pujaan yang dikala senja ditelan bumi
Dan datang dikala petang kembali
Dikala senja ku sendiri
Tak ada yang menemani senjaku
Senjaku terasa sepi dan sunyi
Dimana gerangan pujaan hati?
Tak adakah sedikit kerinduan dihatimu
Wahai pujaanku

Duhai pujaanku
Tak bisakah engkau menemani senjaku
Agar terukir pelangi dihatiku
Walau sekejap mata kau temani senjaku

Dikala senja ku termenung
Memikirkanmu yang selalu direnggut senja
Aku rindu engkau pujaanku
Ku rindu engkau dikala senja
 

Jumat, 19 Juli 2013

Cinta karena ALLAH bukan karena Nafsu




Bunyi kentongan telah membuat mimpiku terputus. Rasanya kelopak mata ini berat untuk dibuka, diluar kamarku telah terdengar suara ketukan pintu, itu ibuku yang membangunkanku untuk sahur.

“Sayang, ayo bangun. Sudah waktunya sahur ni nanti keburu imsak.” Kata ibu
“Iya bu,ini juga udah bangun.”jawabku

Meskipun hanya sahur dengan sayur bayam dan tempe goring namun aku tetap mensyukuri nikmat-NYA. Beginilah keadaan keluargaku. Setiap harinya aku dan ibuku berjualan es buah. Berhubung ini bulan ramadhan jadi, kami hanya berjualan disore hari,tapi akhir-akhir ini tak banyak pembeli. Entah apa sebabnya. Tapi ibu selalu bersyukur dengan apa yang diberikan-NYA. Haripun sudah mulai senja, matahari mulai memerah di ufuk barat, namun tak ada satupun pembeli yang dating.

“Bagaimana dagangan kita hari ini nduk?” Tanya ibu
Aku kebingungan menjawab pertanyaan ibu, aku takut sedih hingga meneteskan butiran bening dari mata sayuku.

“Sudah,sudah nduk. Jangan menangis, pasti Allah punya rencana lain dibalik semua ini.” Jelas ibu

Seharian ini aku sama sekali tidak menyentuh handphone. Aku ambil handphone dimeja belajarku. Ada 1 pesan diterima. Itu dari Riko, tepatnya Farellio Riko Albian orang yang sangat berharga untukku. Tapi,seusai aku membaca pesannya, aku merasa semakin sedih.

“Sayang, aku sangat mencintaimu aku bahkan rela berbuat apapun demi kamu tapi…mama aku tidak merestui hubungan kita. Kurasa kita cukup sampai disini.”

Air mata ini tak sanggup aku bendung lagi, mengalir dengan deras. Untung
nggak sampai banjir kamarku.

“Tapi saying, apakah tak ada cara lain agar kita tetap bertahan ?” pesan balasanku

“Aku piker ada saying, kamu harus merelakan kesuciaanmu untukku, hanya itu caranya.” Balasnya

Ternyata Riko semakin gila. Aku terdiam sejenak untuk menjawab pesan itu. Akhirnya setelah beberapa menit aku berfikir aku menemukan jawaban yang tepat.

“Aku memang sangat mencintaimu Rik, dan aku akan lakukan apa saja kecuali apa yang kamu minta barusan, karena hanya orang bodoh yang mau melakukan itu tanpa ada ikatan pernikahan. Kamu tahu, jika kamu benar cinta dan saying tulus dari hati kamu, kamu nggak akan pernah menodai cinta itu. Tapi, sekarang aku menjadi sadar cinta kamu itu bukan karena Allah tetapi karena nafsu padahal yang aku ingin cinta itu karena Allah bukan karena nafsu. Dan aku rasa kita memang harus berpisah. Kita PUTUS !” jelasku panjang lebar.

Satu minggu sudah, aku putus dengan Riko namun belum juga aku bisa melupakan kenangan indah bersamanya. Apalagi ini tanggal 24 Desember, harusnya ini adalah anniversary kami ke satu tahun. Namun aku tak lagi bersamanya, hingga suatu ketika Riko menelfonku dan memintaku untuk menonton INBOX di SCTV. Saat itu bintang tamunya ada Dadali band yang sedang menyanyikan lagu barunya yaitu CLBK. Itu dimanfaatin Riko untuk balikan denganku.

“Ndis aku tahu, aku telah salah sama kamu dan aku udah ngajak kamu melakukan hal gila. Aku minta maaf tapi, aku tak bias menghapusmu dalam hatiku semudah menyobek sebuah kertas kosong. Aku selalu memikirkan apa yang kamu bilang sebelum kita putus dan aku jatuh cinta lagi sama kamu. Kamu mau nggak jadi pensil warna di hatiku, pensil yang selalu mewarnai setiap kejadian-kejadian hidupku ?. Aku pengen kamu jadi kekasihku lagi tapi kalau kamu nggak mau nggak papa kok” tegasnya

Aku melongo kayak orang bego, akhirnya 10 menit kemudian aku menjawab

“Aku selalu memaafkanmu, tapi aku nggak bisa…”

“Kalau itu memang keputusanmu, aku iklas.” Sahutnya kecewa

“Aku belum selesai bicara. Aku nggak bisa menghapus kamu dalam hatiku. Aku mau jadi pacar kamu lagi dan juga jadi pensil dihatimu.”

Aku tak tahu bagaimana perasaanku saat ini, yang jelas aku sangat-sangat bahagia. Kalau jodoh memang takkan kemana.

Kamis, 23 Mei 2013

PERIODISASI SASTRA INDONESIA DAN KARYANYA



Indonesia kaya dengan karya sastra, mulai dari periode Pujangga Lama sampai Angkatan 2000an. Periode-periode sastra Indonesia antara lain :
1.              PUJANGGA LAMA ( abad ke-20 )

Pujangga lama merupakan bentuk pengklasifikasikan karya sastra Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Karya sastra pada masa pujangga lama didominasi oleh syair, pantun, gurindam, dan hikayat. Di Nusantara budaya melayu klasik mendapat pengaruh Islam yang kuat meliputi sebagian besar negara pantai Sumatra dan Semenanjung Malaya. Hamzah Pansuri adalah yang pertama diantara penulis-penulis angkatan pujangga lama dari Istana Kesultanan Aceh pada abad ke-17 muncul karya klasik selanjutnya yang paling paling terkenal adalah  karya Syamsudin Pasai, Abdul Rauf Singkir dan Nuruddin Ar-raniri.

*       Karya Sastra Pujangga Lama
a.   Hikayat

-        Hikayat Abdullah
-        Hikayat Aceh
-        Hikayat Amir Hamzah
-        Hikayat  Andaken Panurat
-        Hikayat Bayan Budiman
-        Hikayat Hang Tuah
-        Hikayat Iskandar Zulkarnaen
-        Hikayat Kadirun
-        Hikayat Kalia dan Damina
-        Hikayat Masyidullah
-        Hikayat Pandawa Jaya
-        Hikayat Panda Tonderan
-        Hikayat Putri Djohar Munikam
-        Hikayat Sri Rama
-        Hikayat Jenderal Hasan
-        Tasibul Hikayat



b.   Syair
-        Syair Bidasari
-        Syair Ken Tambuhan
-        Syair Raja Mambang Jauhari
-        Syair Raja Siam

c.   Kitab Agama
-        Syarab Al-Asyidiqin (minuman para pecinta) karya Hamzah Pansuri
-        Asrar Al-arifin (rahasia-rahasia gnostik) karya Hamzah Pansuri
-        Nur Ad-duqa’iq (cahaya pada kehalusan-kehalusan) karya Syamsudin Pasai
-        Bustan As-salatin (taman raja-raja) karya Nuruddin Ar-raniri

2.           SASTRA MELAYU LAMA ( 1870-1942 )

Karya sastra yang dihasilkan antara tahun 1870-1942 yang berkembang dilingkungan masyarakat Sumatra seperti “Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan Sumatra lainnya”, orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih berbentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat.

*       Karya Sastra Melayu Lama
-        Robinson Crousoe (terjemahan)
-        Lawan-lawan Merah
-        Mengelilingi Bumi Dalam 80 Hari (terjemahan)
-        Grauf de Monte Cristo (terjemahan)
-        Rocambole (terjemahan )
-        Nyai Dasima oleh G.Prancis (Indo)
-        Bung Rampai oleh A.F.Bewali
-        Kisah Perjalanan Nahkoda Bontekoe
-        Kisah Pelayaran ke Pulau Kalimantan
-        Cerita Siti Aisyah oleh H.F.R.Komer (Indo)
-        Cerita Nyonya Kong Hong Nio
-        Nona Leonie
-        Warna Sari Melayu oleh Kat.S.J
-        Cerita Si Conat oleh F.D.J.Pangemanan
-        Cerita Nyai Sarikem

3.            ANGKATAN BALAI PUSTAKA (1920)

Angkatan Balai Pustaka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, diterbitkan oleh “Balai Pustaka”. Prosa ( roman, novel, cerpen, drama ) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam, dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini.
Tujuan Balai Pustaka didirikan adalah untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan sastra melayu rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian ( cabul ) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu melayu tinggi, bahasa jawa, dan bahasa sunda.
Nur Sultan Iskandar dapat disebut sebagai raja angkatan balai pustaka karena karya-karya tulisnya pada masa itu. Dilihat dari daerah asal kelahiran para pengarang, dapat dikatakan bahwa novel-novel Indonesia yang terbit pada angkatan ini adalah novel Sumatra dengan Minangkabau sebagai titik pusatnya. Novel Siti Nurbaya dan Salah Asuhan menjadi karya cukup penting, keduanya mengkritik adat istiadat dan tradisi kolot yang membelenggu.

*       Penulis dan Karya Sastra Angkatan Balai Pustaka
1.        Merari Siregar
-   Azab dan Sengsara (1920)
-   Binasa Karena Gadis Priangan (1931)
-   Cinta dan Hawa Nafsu
2.      Marah Roesli
-   Siti Nurbaya (1922)
-   Laihami (1924)
-   Anak dan Kemenakan  (1956)
3.     Muhammad Yamin
-   Tanah Air (1922)
-   Indonesia Tumpah Darahku (1928)
-   Kalau Dewi Tara Sudah Berkata
-   Ken Arok dan Ken Dedes (1934)
4.      Nur Sultan Iskandar
-   Apa Dayaku karena Aku Seorang Perempuan (1923)
-   Cinta yang Membawa Maut (1926)
-   Salah Pilih (1928)
-   Tuba Dibalas Dengan Susu (1933)
-   Hulubalung Raja (1934)
-   Katak Hendak Menjadi Lembu
-   Karena Mentua (1932)
5.     Tulis Sutan Suti
-   Tak Disangka (1923)
-   Sensara Membawa Nikmat (1928)
-   Tak Membalas Guna (1932)
-   Memutuskan Pertalian (1932)
6.     Djamaluddin Adinegoro
-   Dara Muda (1927)
-   Asmara Jaya (1928)
7.      Abdul Muis
-   Salah Asuhan (1928)
-   Pertemuan Djodoh (1933)
8.     Aman Datuk Madjoindo
-   Menebus Dosa (1932)
-   Sicebol Merindukan Bulan (1934)
-   Sampaikan Salmaku Kepadanya (1935)

4.           PUJANGGA BARU

Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik, dan elistik.
Pada masa itu, terbit pula majalah pujangga baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana, beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930–1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisjahbana. Karyanya layar terkembang, menjadi salah satu novel yang sering diulas oleh para kritikus sastra Indonesia. Selain Layar Terkembang, pada periode ini novel Tengelamnya Kapal Vander Wijck dan Kalau Tak Untung menjadi karya penting sebelum perang.
Pada masa ini dua kelompok sastrawan Pujangga Baru yaitu :
1.    Kelompok “Seni Untuk Seni” yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah.
2.    Kelompok “Seni Untuk Pembangunan Masyarakat” yang dimotori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane, dan Rustam Effendi.

*       Penulis dan Karya Sastra Pujangga Baru
1.        Sutan Takdir Alisjahbana
-   Dian Tak Kunjung Padam (1932)
-   Tebaran Mega- kumpulan sajak (1935)
-   Layar Terkembang (1936)
2.      Hamka
-   Di Bawah Lindungan Ka’bah (1938)
-   Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (1939)
-   Tuan direktur (1950)
-   Di Dalam Lembah Kehidupan (1940)
3.     Armijn Pane
-   Jiwa Berjiwa Gamelan Djiwa- kumpulan sajak (1960)
-   Djinak-djinak Merpati- sandiwara (1950)
-   Kisah Antara Manusia (1953)
4.      Sanusi Pane
-   Pancaran Cinta (1926)
-   Puspa mega (1927)
-   Sandhykala Ning Majapahit (1933)
-   Kertajaya (1932)
5.     Tengku Amir Hamzah
-   Nyanyi Sunyi (1937)
-   Begawat Gita (1933)
-   Setanggi Timur (1939)

5.            ANGKATAN 1945

Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan “45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga Baru yang romantik-idealistik. Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan angkatan “45 memiliki konsep yang diberi judul “Surat Kepercayaan Gelanggang” konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan “45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Selain Tiga Menguak Takdir dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma dan Atheis dianggap sebagai karya pembaharuan prosa Indonesia.
*       Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1945
1.        Chairil Anwar
-   Kerikil Tajam (1949)
-   Deru Campur Debu (1949)
2.      Asrul Sani, bersama Rivai Apin dan Chairil Anwar
-   Tiga Menguak Takdir (1950)
3.     Idrus
-   Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948)
-   Aki (1949)
-   Perempuan Dan Kebangsaan
4.      Achdiat K.Mihardja
-   Atheis (1949)
5.     Trisno Sumardjo
-   Kata Hati dan Perbuatan (1952)
6.     Utuy Tatang Sontani
-   Suling (drama) (1948)
-   Tambera (1949)
-   Awal dan Mira – drama satu babak (1962)
7.      Suman Hs
-   Kasih ta’ Terlarai (1961)
-    Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957)
-   Pertjobaan Setia (1940)

6.            ANGKATAN 1950-1960an

Angkatan ’50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah Asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi oleh cerita pendek dan kompulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya, Sastra.
Pada angkatan ini muncul gerakan komunis di kalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (lekra) yang berkonsep sastra Realisme-Sosialis. Timbulnya perpecahan dan polemik yang berkepanjangan di kalangan sastrawan Indonesia pada awal tahun 1960, menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karna masuk ke dalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.

*       Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1950-1960an
1.        Pramoedya Ananta Toer
-   Keranji dan Bekasi Jatuh (1947)
-   Bukan Pasar Malam (1951) 
-   Di Tepi Kali Bekasi (1951)
-   Keluarga Gerilya (1951)
-   Mereka Yang Dilumpuhkan (1951) 
-   Cerita Dari Blora (1952)Gadis Pantai (1965)
2.      Nh. Dini
-   Dunia Dunia (1950)
-   Hati Jang Damai (1960)
3.     Sitor Situmorang
-   Dalam Sadjak (1950)
-   Djalan Mutiara: kumpulan tiga sandiwara (1954)
-   Pertempuran dan Saldju di Paris (1956)
-   Surat Kertas Hidjau: kumpulan sadjak (1953)
-   Wadjah Tak Bernama: kumpulan sadjak (1955)
4.      Muchtar Lubis
-   Tak Ada Esok (1950)
-   Jalan Tak Ada Ujung (1952)
-   Tanah Gersang (1964)
-   Si Djamal (1964)
5.     Marius Ramis Dayoh
-   Putra Budiman (1951)
-   Pahlawan Minahasa (1957)
6.     Ajip Rosidi
-   Tahun-tahun Kematian (1955)
-   Di Tengah Keluarga (1956)
-   Sebuah Rumah Untuk Hari Tua (1957)
-   Cari Muatan (1959)
-   Pertemuan Kembali (1961)
7.      Ali Akbar Navis
-   Robohnya Surau Kami- 8 cerita pendek pilihan (1955)
-   Bianglala- kumpulan cerita pendek (1963)
-   Hujan Panas (1964)Kemarau (1967)

7.           ANGKATAN 1966-1970an

Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan Muchtar Lubis. Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd. Penerbitan Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada masa ini. Sastrawan pada angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah Montiggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rusanto, Goenawan Mohamad, dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia H.B. Jassin.
Beberapa sastrawan pada angkatan ini antara lain : Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C.Noer, Darmanto Jatman, Arif Budiman, Goenawan Muhamad, Budi Darma, Hamsat Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik Ismail, DLL.

*       Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1966-1970an
1.        Taufik Ismail
-   Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia
-   Tirani dan Benteng
-   Buku Tamu Musim Perjuangan
-   Sajak Ladang Jagung
-   Kenalkan
-   Saya Hewan
-   Puisi-puisi Langit
2.      Sutardji Calzom Bachri
O
Amuk
Kapak
Abdul Hadi WM
Meditasi (1976)
Potret Panjung Pengunjung Pantai Sanur (1975)
Tergantung Pada Angin (1977)
3.     Abdul Hadi WM
-   Meditasi (1976)
-   Potret Panjung Pengunjung Pantai Sanur (1975)
-   Tergantung Pada Angin (1977)
4.      Supardi Djoko Damono
-   Dukamu Abadi (1969)
-   Mata Pisau (1974)
5.     Goenawan Muhamad
-   Perikesit (1969)
-   Interlude (1971)
-   Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Simalin Kundang (1972)
-   Seks, Sastra, dan Kita (180)
6.     Umar Kayam
-   Seribu Kunang-kunang di Manhattan
-   Sri Sumara dan Bawuk
-   Lebaran Di Karet
-   Pada Suatu Saat di Bandar Sangging
-   Kelir Tanpa Batas
-   Para Priyayi
-   Jalan Manikung
7.      Danarto
-   Godlob
-   Adam Makrifat
-   Berhala
8.     Nasjah Djamin
-   Hilanglah Si Anak Hilang (1963)
-   Gairah Untuk Hidup dan Mati (1968)
9.     Putu Wijaya
-   Bila Malam Bertambah Malam (1971)
-   Telegram (1973)   - Pabrik
-   Stasiun (1977)      - Gres dan Bom

8.            ANGKATAN 1980-1990an

Karya sastra Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada angkatan ini tersebar luas di berbagai majalah dan penerbitan umum.
Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an antara lain adalah : Rami Sylado,Yudistria Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Aji Darma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Efendi Tarsyad, Noor Aini Cahaya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie.
Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada dekade 1980-an dengan beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku Huriko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Salah satu ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat, dimana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur.
Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya tokoh utama pada novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-kaya pada era 1980-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.
Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman Hariwijaya dengan serial Lupusnya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih dan berat.
Ada nama-nama terkenal muncul dari komunitas Wanita Penulis Wanita yang dikomandoi  Titie Said, antara lain: La Rose, Lastri Fardanhi, Diah Hadaning, Yvonne De Fretes, dan Oka Rusmini.

*       Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980-1990an
1.        Ahmadun Yosi Herfanda
-   Ladang Hijau (1980)
-   Sajak Penari (1990)
-   Sebelum Tertawa Dilarang (1997)
-   Fragmen-fragmen Kekalahan (1997)
-   Sembahyang Rerumputan (1997)
2.      Y.B Mangunwijaya
-   Burung-burung Manyar (1981)
3.     Darman Moenir
-   Bako (1983)
-   Dendang (1988)
4.      Budi Darma
-   Olenka (1983)
-   Rafilus (1988)
5.     Sundhunata
-   Anak Bajang Menggiring Angin (1984)
6.     Arswendo Atmowilito
-   Canting (1986)
7.      Hilman Hariwijaya
-   Lupus – 28 novel (1986-2007)
-   Lupus Kecil – 13 novel (1989-2003)
-   Olga Sepatu Roda (1992)
-   Lupus ABG – 11 novel (1995- 2005)
8.     Dorothea Rosa Herliany
-   Nyanyian Gaduh (1987)
-   Matahari Yang Mengalir (1990)
-   Kepompong Sunyi (1993)
-   Nikah Ilalang (1995)
-   Mimpi Gugur Daun Zaitun (1999)
9.     Gustaf Rizal
-   Segi Empat Patah Sisi (1990)
-   Segitiga Lepas Kaki (1991)
-   Ben (1992)
-   Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta (1999)
10.  Remy Silado
-   Ca Bau Kan (1999)
-   Kerudung Merah Kirmizi (2002)
11.     Afrizal Malna
-   Tonggak Puisi Indonesia Modern 4 (1987)
-   Yang Berdiam Dalam Mikrofon (1990)
-   Cerpen-cerpen Nusantara Mutakhir (1991)
-   Dinamika Budaya dan Politik (1991)
-   Arsitektur Hujan (1995)
-   Pistol Perdamaian (1996)
-   Kalung Dari Teman(1998)

9.            ANGKATAN REFORMASI

Seiring terjadinya pergeseran kekuasaran politik  dari tangan Soeharto ke BJ Habibie lalu KH Abdulrahman Wahid (Gusdur) dan Megawati Soekarno Putri, muncul wacana tentang “Sastrawan Angkatan Reformasi”. Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel yang bertema sosial-politik, khususnya seputar Reformasi. Di rubik sastra harian Repoblika misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubik sajak-sajak peduli Bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik.
Sastrawan angktan Reformasih merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses Reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra, puisi, cerpen dan novel pada masa itu. Bahkan penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial-politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep zamzam Noer, dan Hartono Beny Hidayat dengan media online: duniasastra.com-nya , juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.

*       Penulis dan Karya Sastra Angkatan Reformasi
1.        Widji Thukul
-   Puisi Pelo
-   Darman

10.         ANGKATAN 2000an

Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasih muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karna tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya “Angkatan 2000”. Sebuah buku tebal tentang angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal Malna, Ahmad Yosi Herfanda, dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada 1990-an  seperti Ayu Utami, dan Dhorotea Rosa Herliany.

*       Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2000an
1.        Ayu Utami
-   Saman (1998)
-   Larung (2001)
2.      Seno Gumira Ajidarma
-   Atas Nama Malam
-   Sepotong Senja Untuk Pacarku
-   Biola Tak Berdawai
3.     Dewi Lestari
-   Supernova 1: Ksatria Putri dan Bintang Jatuh (2001)
-   Supernova 2.1: Akar (2002)
-   Supernova 2.2: Petir (2004)
4.      Raudal Tanjung Banua
-   Pulau Cinta di Peta Buta (2003)
-   Ziarah Bagi Yang Hidup (2004)
-   Perang Tak Berulu (2005)
-   Gugusan Mata Ibu (2005)
5.     Habiburrahman El Shirazy
-   Ayat-ayat Cinta (2004)
-   Di Atas Sajadah Cinta (2004)
-   Ketika Cinta Berbuah Surga (2005)
-   Pudarnya Pesona Cleopatra(2005)
-   Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007)
-   Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007)
-   Dalam Mihrab Cinta (2007)
6.     Andrea Hirata
-      Laskar Pelangi (2005)
-      Sang Pemimpi (2006)
-      Edensor (2007)
-      Maryamah Karpov (2008)
-      Padang Bulan dan Cinta Dalam Gelas (2010)
7.      Ahmad Faudi
-   Negeri Lima Menara (2009)
-   Ranah Tiga Warna (2011)
8.     Tosa
-   Lukisan Jiwa (puisi) (2009)
-   Melan Conis (2009)