Jumat, 22 Februari 2013

MASA LALU YANG KELAM


Langit menyembunyikan sang surya di balik tirai kelabunya yang tebal. Seolah mereka ikut merasakan betapa sakitnya hati ini tertusuk duri. Rintik-rintik kecil turun perlahan membasahi seluruh isi jagat raya seolah ingin mencurahkan seluruh amarahnya. Perlahan amarahnya reda dan sang surya mulai menghangatkan seluruh jagat raya.Tujuh bidadari-pun mulai nampak di angkasa dengan kegirangannya. Angin menari-nari menyejukkan suasana pagi yang tertunda. Begitu cepat jarum berputar,begitu indah kenangan yang lalu. Kenangan yang hanya menyisakan duka yang mendalam. Bahkan dalamnya lautan melebihi dalamnya dukaku karenanya. Perlahan mereka jatuh membasahi pipi saat ku kenang semua itu. Ku tak pernah menyangka jika akhirnya seperti ini. Ku tak pernah tahu jika janji yang dia ucap tak sama dengan realita. Dan aku tak pernah tahu sandiwara apa yang dia mainkan. Yang ku tahu hanyalah dia....dia....dan dia... yang selalu mencintaiku.
Tetapi ternyata dia PHP (Pemberi Harapan Palsu). Cinta memang telah merobohkan pendirianku,menghancurkan hidupku bahkan merusak diriku dan juga mengecewakan kedua orangtuaku. Dari sinilah aku mulai sadar bahwa cinta itu pembawa petaka bagi siapapun yang belum bisa mengartikan apa itu cinta,apa itu pengorbanan dan apa itu kasih sayang. Selama ini cinta telah menutupi mataku hingga aku tak dapat melihat sandiwara yang dia mainkan. Namun aku tak pernah menyesal dengan semua yang pernah ku lakukan karena aku jadikan kesalahanku itu sebagai pelajaran untuk aku lebih maju.
Hari pun semakin gelap dan mencekam. Tapi dukaku belum juga hilang. Kring....kring...kring....bunyi handphone mengagetkan ku. Ternyata kak Nia yang telfon.
“Hallo,assalamu’alaikum..” (jawab Ningsih sambil bersedih)
“Walaikum salam,adek lagi apa ?” (Kata Nia)
“Lagi...”(jawab Ningsih sambil melamun)
“Dek,kamu kenapa sih ? jawab pertanyaan kakak kok lama banget !!!!”  (tanya Nia penasaran)
“Gak apa-apa kok kak,Ningsih Cuma lagi sedih aja.” (mengusap air matanya)
“Sedih kenapa sayang?” (tanya Nia lagi)
“Kak,aku itu selalu kepikiran sama mantan aku apalagi dia itu selalu buat aku kangen sama dia.”(kata Ningsih sambil nangis)
“Ningsih....kamu itu harus sholat malam,biar hati dan pikiran kamu tenang. Kalau bisa kamu jangan mikirin cowok dulu,yang terpenting itu sekolah kamu sayang.” (nasehat Nia)
“Tapi kak....aku itu sayang sama dia.”(membantah)
“Iya...kakak tahu itu Ningsih,tapi kamu itu harus cuek sama dia biar perasaan kamu bisa terhapus.” (nasehat kakaknya lagi)
“Ningsih akan coba kak,kakak temenin Ningsih ya.?”(pinta Nia)
“Iya sayang,sudah dulu ya dek. Kakak mau kerja dulu. Kalau ada apa-apa sms kakak. Ok !!! Assalamu’alaikum.” (mengakhiri telfonnya)
“Walaikum salam.”
Tuuuuttt...tutttt....tutt Telfonnya pun terputus.
Setelah beberapa jam aku termenung meresapi apa yang dikatakan kak Nia, akupun menangis saat aku teringat perkataan mantanku.
“Aku nggak akan pernah ninggalin kamu sayang..aku sayang kamu. I LOVE U.”
Begitulah perkataannya saat dia masih bersamaku. Namun aku mengingat apa yang dikatakan kak Nia, kalau aku harus cuek sama mantanku supaya aku bisa menghapus perasaanku ke dia. Tak ada salahnya jika aku mencobanya, meskipun itu berat. Hari-hari aku lewati tanpa dia,tanpa orang yang kusayang. Kewajibanku-pun tak ku tinggalkan, aku menghadapnya, curhat dengannya dan sering pipi ini basah.
Setiap malam aku menulis sebuah buku diary yang hampir semuanya isinya tentang dia. Akhirnya aku menyadari bahwa selama ini aku hanya dijadikan sebuah boneka, boneka yang selalu dimainkan sesuka hatinya yang bisa dibuang kapanpun dia mau. Kring....kring....kring....handphoneku lagi-lagi mengagetkanku.
“Hallo... assalamu’alaikum..”(jawab Ningsih)
“Walaikum salam,gimana dek, udah bisa lupain dia belum ?” (tanya kak Nia)
“Alhamdulillah kak..aku udah bisa lupain dia. Ini semua berkat kakak yang selalu nasehatin aku. Terima kasih ya kak.” (jawab Ningsih)
“Iya adek...sama-sama.” (jawab kak Nia)
“Ehem-ehem...aku nggak dianggap ni.”(kata kak Awan)
“Hmmmm,kasihan...hehehe”(kata Ningsih & kak Nia)
“Ya udah ya kak, kakak ngobrol aja sama kak Awan,Ningsih mau tidur dulu ya.” (kata Ningsih)
“Rama pulang lo.” (kata kak Awan)
“Ku nggak peduli lagi kak, dia mau pulang atau enggak. Assalamu’alaikum”(kata Ningsih sedih)
“Walaikum....
Tutt...tuttt...tutt...belum sempat dijawab mereka, telfon sudah dimatikan oleh Ningsih.
Akupun tak bisa tidur nyenyak, aku masih teringat perkataan kak Awan yang bilang kalau Rama pulang. Apa tandanya....aku masih menyimpan rasa ke dia ya..???.